Selasa, 18 Februari 2020

Resensi Novel Totto Chan

RISENSI NOVEL
"TOTTO-CHAN"
GADIS CILIK DI JENDELA

Judul Buku : TOTTO-CHAN Gadis Cilik di Jendela
Resentator : Anis Kurliyana Devi/20170701052011/PGMI A
Penulis :  Tetsuko Kuroyanagi
Ahli Bahasa : Widya Kirana
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tempat Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2008
Cetakan ke : 5
Tebal Buku: 272 Halaman

Sinopsis
Pada novel Totto-Chan Gadis Cilik di Jendela ini menceritakan tentang anak kecil yang masih kelas I Sekolah Dasar yang harus di keluarkan dari sekolahnya. Anak tersebut bernama Totto-chan, yang tak lain Totto-chan adalah si pengarang buku tentang pengalaman pribadi yang bernama Tetsuko Kuroyanagi.
Pada sekolahnya yang pertama, guru di sekolah tersebut menganggap Totto-chan nakal. Padahal gadis cilik itu hanya punya rasa ingin tahu yg sangat besar. Karena keingintahuan Totto-chan yang besar, dia suka sekali berdiri di depan jendela selama pelajaran berlangsung. Berdirinya Totto-chan di jendela supaya bisa memanggil para pemusik jalanan. Selain itu Totto-chan gemar membuka dan menutup mejanya ratusan kali. Sehingga mengganggu pada saat kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di kelas. Gurunya pun sudah tak sanggup mengurusi Totto-chan, yang akhirnya harus mengeluarkan Totto-chan dari sekolah.
Mama pun mendaftarkan Totto-chan ke Tomoe Gakuen. Dan tentu saja Totto-chan girang sekali. Totto-chan sangat senang dengan sekolahnya yang baru. Totto-chan sangat suka kepada kepala sekolah di sekolahnya yang baru. Pada sekolahnya yang baru agak berbeda dengan sekolahnya yang lama. Karena  di sekolah itu para murid belajar di gerbong kereta yang dijadikan kelas. Ia bisa belajar sambil menikmati pemandangan diluar gerbong dan membayangkan sedang melakukan perjalanan.
Di sekolah Tomoe Gakuen ini sistem pembelajarannya sangat berbeda dengan sekolah-sekolah yang lain. Contohnya saja pada saat makan siang. Siswa di haruskan membawa makanan "sesuatu di laut dan sesuatu dari pegunungan" agar siswa memakan makanan yang gizinya seimbang. Di Tomoe Gakuen, para murid boleh mengubah urutan pelajaran sesuai keinginan mereka. Ada yg memulai hari dengan belajar fisika, ada yg mendahulukan menggambar, ada yg ingin belajar bahasa dulu, sesuai apa yang mereka inginkan. Walaupun belum menyadari, Totto-chan pun tidak hanya belajar fisika, berhitung, musik, bahasa dll disana. Ia juga mendapatkn banyak pelajaran berharga tentang persahabatan, rasa hormat & menghargai orang lain serta kebebasan menjadi diri sendiri.
Pada saat bom meledakkan sekolah Tamoe Gakuen pada tahun 1945  semua kenangan dan pembelajaran Totto-Chan harus berakhir. Saat itu Jepang mengalami perang dunia ke-II. Bangunan-bangunan di Tamoe-Gakuen mengalami kerusakan parah akibat daridakan bom perang dunia ke-II tersebut.
Kelebihan dari novel ini yaitu deskripsi penulis sangat lengkap seakan-akan membuat kita ada dalam cerita tersebut. Cerita Totto-chan menarik untuk dibaca karena mengangkat dari cerita nyata pengalaman si penulis. Novel ini juga menambah wawasan kita dalam pendidikan.
Kelemahan dari novel ini yaitu terdapat beberapa kata yang tidak di mengerti, sehingga membutuhkan kamus untuk mencari tau apa arti dari kata tersebut. Nama-nama tokoh dan nama-nama tempat dalam bahasa Jepang yang sulit, sehingga membuat si pembaca tidak ingat kepada nama tokoh ataupun nama tempatnya.