Sabtu, 09 Mei 2020

Artikel pendidikan - Upaya Peningkatan Pemahaman Siswa dalam Membaca Meggunakan Media Bergambar pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IV SDN Pademawu Barat I

Upaya Peningkatan Pemahaman Siswa dalam Membaca Meggunakan Media Bergambar pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IV SDN Pademawu Barat I

Anis Kurliyana Devi
aniskurliyana05@gmail.com
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidayah, Institut Agama Islam Negeri Madura (IAIN MADURA)

Abstrak
Di era yang semakin maju ini, pembelajaran di jenjang Sekolah Dasar mengharuskan penyesuaian dengan perkembangan zaman. Dengan menggunakan media pembelajaran adalah salah satunya. Media pembelajaran yang digunakan di sesuaikan dengan kamampuan yang di miliki siswa. Tujuan dari penelitian ini untuk mengukur kemampuan membaca dengan menggunakan media bergambar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam penelitian ini ditemukan hasil dari penerapan media bergambar yaitu pada penerapan awal memperoleh nilai rata-rata 61,5 dan pada siklus I pertemuan ke-1 nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 74,5 sedangkan pada siklus I pertemuan ke-2 yaitu mengalami peningkatan yaitu 88,7. Jadi dapat disimpulkan bahwa penerapan pemahaman membaca siswa menggunakan media bergambar efektif dilakukan di sekolah dasar khusunya pada kelas IV.
Kata kunci: Pemahaman membaca, Media Bergambar, Sekolah Dasar

PENDAHULUAN
Undang-undang sistem pendidikan nasional (sisdiknas) pasal 1 ayat 1 No 20 Tahun 2003, menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Di era yang semakin maju ini pembelajaran yang dilakukan di jenjang SD/MI harus menyesuaikan zaman. Seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan serta semakin kompleksnya persoalan ditengah kehidupan masyarakat, tuntutan pasar yang semakin kompetitif, teknologi sempakin berkembang, maka tuntutan strategi pembelajaran yang efektif perlu dilakukan. Senada dengan hal tersebut. menyatakan bahwa dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar efektif dan efisien, mencapai pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langka untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik pengajaran atau biasanya disebut metode mengajar.
Kemampuan membaca merupakan modal dasar bagi siswa dalam pembelajaran di sekolah, karena dengan membaca siswa dapat memberikan makna terhadap tulisan. Untuk memudahkan siswa untuk memahami dari bacaan tersebut maka diperlukan media untuk membuat siswa lebih paham, yaitu menggunakan media bergambar. Media bergambar merupakan media yang digunakan pada saat pembelajaran yaitu berupa gambar-gambar yang di sesuaikan dengan materi yang di ajarkan sehingga akan membuat siswa lebih paham terhadap materi yang di ajarkan oleh guru.
Ada beberapa media dalam pendidikan, salah satunya adalah media gambar. Media gambar adalah media yang mudah kita temukan. Kata di iringi gambar merupakan perpaduan yang baik dalam pengiriman suatu informasi, materi pelajaran dan pesan. Hasil belajar dengan hanya melalui kata-kata akan beda hasilnya dengan hasil belajar menggunakan kata-kata dan gambar. Siswa akan lebih paham menggunakan kata-kata diiringi dengan gambar. Untuk memberi gambaran secara konkret dan jelas mengenai suatu materi, gagasan, ide atau peristiwa maka menggunakan perantara atau pengantar yang disajikan melalui gambar, garis, simbol-simbol dan titik yang bisa disebut dengan media bergambar.
Media bergambar dapat berupa foto, kartun, poster, diagram, grafik, Bagan, peta dan juga denah. Media bergambar tersebut dapat digunakan dalam pembelajaran. Guru bisa memilih akan menggunakan media bergambar yang mana saja sesuai dengan materi yang akan di ajarkan sehingga membuat siswa paham akan pelajaran yang di ajarkan tersebut.
Dengan upaya ini, peneliti mengharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam membaca di SDN Pademawu Barat I dengan menggunakan media bergambar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Oleh karena itu untuk menambah wawasan mengenai metode pembelajaran peneliti mengangkat judul "Upaya peningkatan pemahaman siswa dalam membaca menggunakan media bergambar pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas IV SDN Pademawu Barat I"
METODE PENELITIAN
Data keefektifan penggunaan media bergambar untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam membaca pada materi Bahasa Indonesia dilakukan dengan uji tes. Sebelum dilakukan uji hipotesis maka perlu dilakukan pengujian tentang seberapa besar pemahaman siswa dalam membaca menggunakan media bergambar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV SDN Pademawu Barat I.
Peneliti menggunakan penelitian kuantitatif yang di analisis secara deskriptif. Yakni dengan membandingkan hasil pretest dan nilai tes antar siklus. Data diperoleh dari siswa kelas IV di SDN Pademawu Barat I. Yang dianalisis adalah nilai tes siswa sebelum menggunakan media gambar; dan nilai tes siswa setelah menggunakan media gambar sebanyak 1 siklus. Dalam satu siklus terdiri dari dua pertemuan. Kemudian, data yang berupa nilai tes dari siklus I pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2 tersebut dibandingkan nilai rata-rata pre tes dengan pos tes nya. Nilai rata-rata pos tes siklus I pertemuan ke-1 dengan nilai rata-rata post tes siklus I pertemuan ke-2.
Apabila hasil belajar pemahaman membaca secara individu mendapat nilai 60 (KKM) atau lebih dan secara klasikal mencapai 80% dari jumlah siswa mendapat nilai 60 atau lebih. Dihitung dari jumlah siswa yang memperoleh nilai 60 atau lebih dinyatakan telah mencapai ketuntasan belajar pemahaman membaca.
Adapun model yang digunakam dalam penelitian ini dan biasa digunakan adalah model Kemmis dan Mc Taggart (1998). Model ini merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Model ini hampir sama dengan model Kurt Lewin hanya saja komponen acting (tindakan) dan observing (pengamatan) dijadikan satu kesatuan. Desain Kemmis ini menggunakan model yang dikenal dengan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, dan perencanaan kembali.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalan penelitian ini adalah Instrumen Pembelajaran yaitu berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa. Sedangkan Intrumen Tes, yang digunakan adalah tes formatif yang dilakukan pada setiap akhir pembelajaran. Soal-soal disusun dengan memperhatikan indikator-indikator pembelajaran yang telah ditetapkan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami bacaan pada materi Bahasa Indonesia.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembelajaran bahasa Indonesia materi meningkatkan pemahaman membaca di kelas IV SDN Pademawu Barat I seperti biasa. Materi meningkatkan pemahaman membaca pada kondisi awal dikemas oleh guru dengan alokasi waktu 2 x 30 menit. Guru mengawali pembelajaran dengan mengkondisikan kelas, mengabsen terlebih dahulu siswa kelas IV SDN Pademawu Barat I yang berjumlah 20 siswa dan melaksanakan apersepsi guna menggali pengetahuan awal siswa dalam rangka upaya mengaitkan materi pembelajaran yang akan disampaikan. Kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia  dilakukan hingga waktu yang dialokasikan berakhir. Pembelajaran diakhiri tanpa diberikan  atau umpan balik mengenai proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Berdasarkan gambaran pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IV SDN Pademawu Barat I yang telah diamati tersebut, maka berikut ini dapat disajikan prestasi belajar bahasa Indonesia yang terkait dengan kondisi awal pembelajaran bahasa Indonesia materi kemampuan membaca.
Nilai siswa menunjukkan bahwa sebanyak 17 siswa memperoleh nilai di bawah 70 Sedangkan siswa yang memperoleh nilai di atas 70 hanya 3 siswa. Data ini menunjukkan bahwa pembelajaran pemahaman membaca pada siswa kelas IV SDN Pademawu Barat I belum memenuhi batas tuntas yang ditetapkan. Dengan demikian, pada kondisi awal ini pembelajaran pemahaman membaca dapat dikatakan belum mencapai tujuan yang diharapkan.
Pada kegiatan pembelajaran siklus 1 pertemuan ke-1 ini menunjukkan bahwa semua siswa di kelas IV SDN Pademawu Barat 1 sudah tuntas semua dalam pembelajaran. Akan tetapi nilai yang di peroleh masih belom maksimal.  Nilai rerata pada siklus I Pertemuan ke-1 adalah  74,5. Data ini menunjukkan bahwa pembelajaran kemampuan pemahaman membaca pada siswa kelas IV SDN Pademawu Barat I sudah memenuhi batas tuntas, tetapi nilai yang di peroleh belum maksimal. Dengan demikian, pada siklus I Pertemuan ke-1 pembelajaran pemahan membaca dapat dikatakan sudah mencapai tujuan yang diharapkan tetapi nilai belom maksimal.
Berdasarkan hasil observasi di atas, dapat diketahui bahwa siswa sudah paham pembelajaran dengan menggunakan media bergambar. Hanya saja nilai yang di peroleh  masih belum maksimal. Untuk menindaklanjutinya, pembelajaran pada siklus I pertemuan ke-2 perlu ditekankan pada siswa untuk memaksimalkan nilai agar lebih baik.
Pada siklus I pertemuan ke-2 ini menunjukkan bahwa seluruh siswa memperoleh nilai di atas 69 dengan nilai rata-rata 88,7. Data ini menunjukkan bahwa pembelajaran pemahaman membaca pada siswa kelas IV SDN Pademawu Barat I telah memenuhi batas tuntas yang ditetapkan. Dengan demikian, pada siklus I pertemuan ke-2 pembelajaran pemahman membaca dapat dikatakan telah mencapai tujuan yang diharapkan
Berikut adalah tabel dari nilai yang diperoleh oleh siswa kelas IV di SDN Pademawu Barat I:

No
Nama Siswa
Awal kegiatan
Siklus I
(Pertemuan Ke-1)
Siklus I
(Pertemuan ke-2)

1
Andika Dwi
55
70
85

2
Agrid Candra
60
80
90

3
Aliya kasyifatul
75
75
90

4
Desta Dwi Oktavia
60
85
90

5
Dewi Isnasufiyati
55
75
80

6
Effrilia kanneeza
75
80
100

7
Jonathan Dirgam
65
70
90

8
Marfel Maulidi
60
70
85

9
Milda Wahyuni
65
80
90

10
Moh irfan
60
70
85

11
Muhammad Walid
60
70
90

12
Nandika rangga
50
80
90

13
Niken Dwi puji
60
80
100

14
Nurdin Dwi Julian
60
70
85

15
Oribel Almira
65
70
85

16
Radita Aira
60
70
85

17
Renyta Aulia
75
75
85

18
Reval Bagas
55
70
86

19
Sabrina Fadila
55
80
95

20
Tri Yulianti
55
70
90


Keterangan:  70-100 = Tuntas
0-69 = Tidak Tuntas
Dari data tabel di atas nilai yang diperoleh oleh siswa kelas IV di SDN Pademawu Barat I mengalami peningkatan antar siklus pertemuan. Siswa sudah mencapai batas tuntas pada siklus I pertemuan ke-1 dan terus mengalami peningkatan pada siklus I pertemuan ke-2. Dari hasil pengamatan pada saat melakukan pertemuan ke-1 dan ke-2 menggunakan metode yang sama yaitu metode pembelajaran menggunakan media bergambar ini semakin meningkat. Artinya proses pelaksanaan tindakan kelas ini bisa dikatakan sudah selesai dan bisa di akhiri. Jika dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya yaitu pertemuan ke-1, pada petemuan ke-2 ini mengalami peningkatan yang sangat baik.
Berdasarkan hasil observasi siklus I Pertemuan ke-2 dapat diketahui bahwa siswa telah mengalami peningkatan  lebih baik daripada siklus I. Guru terus menerus menekankan pada siswa agar siswa paham akan pembelajaran yang di ajarkan. Khusus nya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang  pemahaman membaca.
Berdasarkan data awal kemampuan pemahaman membaca, diketahui nilai rerata sebesar 61,5, terdapat 17 siswa nilai kurang dari 69 dan 3 siswa mendapat nilai lebih dari 70. Berdasarkan dari data tersebut siswa belum mencapai batas tuntas yang ditetapkan.
Berdasarkan hasil tes pada siklus I pertemuan pertama, diketahui rata-rata nilai kemampuan membaca sebesar 74,5. Pada siklus I pertemuan pertama ini siswa sudah bisa memahami Pembelajaran dengan menggunakan media bergambar sehingga semua siswa mencapai batas tuntas pembelajatan, tetapi nilai yang di peroleh tidak maksimal.
Berdasarkan hasil tes pada siklus I pertemuan ke-2, diketahui nilai rata-rata kemampuan membaca sebesar 88,7. Seluruh siswa mendapat nilai di atas tuntas atau mencapai batas  tuntas. Dan juga seluruh siswa susah mendapatkan nilai yang baik atau susah maksimal. Berdasarkan hasil observasi, dengan upaya-upaya perbaikan yang dilakukan pada pembelajaran pemahaman membaca melalui media bergambar, hasil yang dicapai siswa mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari naiknya persentase hasil tes yang diperoleh siswa.
No
Kegiatan
Nilai rata-rata

1
Kegiatan awal
61,5

2
Siklus I (pertemuan ke-1)
74,5

3
Siklus I (pertemuan ke-2)
88,7


Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media bergambar dapat meningkatkan kemampuan pemahaman membaca siswa kelas IV SDN Pademawu Barat I. Media bergambar dapat dijadikan prediktor yang baik terhadap peningkatan kemampuan pemahaman membaca siswa kelas IV.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan sebelum menggunakan media bergambar, guru mengalami kesulitan dalam pelaksanaan pembelajaran. Banyak siswa yang belom paham terhadap materi yang di ajarkan oleh guru. Tetapi setelah penggunaan media bergambar siswa lebih paham terhadap materi yang di ajarkan oleh guru sehingga membuat siswa lebih aktif dalam kelas. Maka penggunaan media bergambar untuk meningkatkan pemahaman membaca ini baik di gunakan di kelas IV.
Hasil belajar siswa mengalami peningkatan, karena adanya motivasi dalam mengikuti pembelajaran. Dengan menggunakan media bergambar pembelajaran yang dilakukan ternyata bagi siswa merupakan pengalaman yang baru. Rasa ingin tau memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan lebih baik. Siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia di dalam kelas.
Kunci keberhasilan mendidik anak  adalah kerjasama dari guru, orangtua dan sekolah. Dalam menemukan jati dirinya anak masih membutuhkan peran orang tua apalagi di usia Sekolah Dasar ini. Pengalaman yang diterima anak saat ini adalah modal untuk menghadapi dunia global di masa mendatang.
SIMPULAN
Berdasar hasil analisis data dapat disimpulkan kemampuan pemahaman membaca siswa kelas IV SDN Pademawu Barat I dapat di tingkatkan menggunakan media bergambar. Berdasarkan tes pada siklus I pertemuan pertama diketahui nilai rata-rata pemahaman membaca siswa sebesar 74,5. Pada pertemuan pertama ini semua siswa sudah mencapai batas tuntas yang ditetapkan, berarti pada pertemuan pertama ini sudah dikatakan berhasil, tetapi nilai yang di peroleh masih belum maksimal.
Pada siklus I pertemuan kedua ini rata-rata nilai pemahan membaca yaitu 88,7. Berdasarkan data yang diperoleh kegiatan ini sudah mencapai ketuntasan belajar, artinya sudah dikatakan berhasil dengan nilai yang diperoleh siswa sudah maksimal. Jadi keseluruhan siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran sudah mampu meningkatkan kemampuan pemahaman membaca menggunakan media bergambar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dan dapat dikatakan tindakan ini sudah berhasil. Jadi pengguna media bergambar dalam meningkatkan pemahaman membaca pada mata pelajaran Bahasa Indonesia efektif digunakan di Sekolah Dasar khususnya pada kelas IV.
DAFTAR RUJUKAN
Anas Sudijono. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press, 2009.
Arif S, Sadiman dkk. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Press, 2011.
Cecep Kusnandi. Media Pembelajaran Manual dan Digital. Bogor: Ghalia Indonesia, 2013.
Darmiyati, Zucdi. Strategi Meningkatkan Kemampuan Membaca. Yogyakarta: UNY Press, 2007.
Depdikbub. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1989.
Nana Sudjana. Penialaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1955.
Richard E Mayer. Multimedia Prinsip-Prinsip dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Roestiyah. Depdikbud Sikdisnas No.20 tahun 2003. Bandung: Fokus Media, 2003.

Sabtu, 04 April 2020

Pengaruh Covid-19 terhadap pembelajaran anak anak

Anis Kurliyana Devi/20170701052011/PGMI A
Halo kali ini saya disini akan membahasas tentang pengaruh Covid-19 terhaap pembelajaran di kampung saya..
Simak terus ya!!

Pengaruh Covid-19 Terhadap Pembelajaran Anak-anak Dikampungku

(Gambar pada saat wawancara)

Saat ini dunia digemparkan dengan kasus virus  ganas dan mematikan yang dikenal dengan virus Corona atau Covid-19, virus ini sudah mewabah ke Indonesia. Kasus positif Covid-19 di Indonesia sudah memakan banyak korban dan ini memungkinkan masih terus bertambah. Sudah saatnya seluruh elemen masyarakat meningkatkan kewaspadaan dan mematuhi anjuran pemerintah demi keselamatan bersama serta melakukan berbagai upaya pencegahan agar terhindar dari Virus yang ganas ini.
Pemerintah pusat hingga daerah memberikan kebijakan untuk meliburkan seluruh lembaga pendidikan. Hal ini dilakukan sebagai upaya mencegah meluasnya penularan dari Covid-19. Pemerintah mengeluarkan surat edaran yang mengharuskan siswa belajar dirumah agar terhindar dari penyebaran dari Covid-19.
Di Pamekasan Madura sekolah-sekolah juga melakukan pembelajaran jarak jauh mengingat telah dikeluarkan surat edaran dari pemerintah baik SD, SMP, SMA dan Kampus-Kampus yang ada di Pamekasan. Pembelajaran jarak jauh ini dengan menggunakan media online. Mengingat di Pamekasan sudah ada orang yang terjangkit positif Covid-19.
Pembelajaran yang dilakukan di kampung saya, yaitu di Desa Samiran kec Proppo Kab Pamekasan juga melakukan pembelajaran jarak jauh. Artinya siswa diharuskan belajar dirumah masing-masing sejak tanggal 16 Maret 2020 hingga sekarang. Pembelajaran di rumah itu sistemnya  siswa belajar secara online untuk siswa SMP, SMA dan perkuliahan.
Sementara untuk murid SD, pembelajaran dilakukan lebih banyak menggunakan cara manual. Sebab untuk mengoperasikan online bagi kelas rendah seperti di kelas 1, 2, dan 3 dimungkinkan belum mampu. Oleh sebab itu murid diberikan tugas membaca buku paket.
Dampak dari Covid-19 ini membuat pembelajaran kurang efektif di SDN Samiran III. Karena keterbatasan media online dan peserta didik yang kurang memiliki akses terhadap teknologi dan internet. Satu-satunya yang dapat dilakukan adalah memberikan pekerjaan rumah banyak kepada peserta didik, meskipun metode ini tidak semaksimal online learning.
Saat saya melakukan wawancara dengan salah satu siswa SD pada hari Selasa 31 Maret 2020 yaitu Fatmawati salah satu siswa kelas VI di SDN Samiran III mengatakan guru memberikan tugas yang sangat banyak untuk dikerjakan dirumah dan kemudian dikumpulkan pada saat kelas bertatap muka di gelar atau pada saat masuk sekolah. Fatmawati mengaku bahwa dia tidak mengerti dengan pembelajaran yang ada di buku. Menurutnya dia membutuhkan penjelasan dari guru.
Hal lain yang perlu diperhatikan dari dampak Covid-19 ini adalah, para siswa juga akan mengalami kesulitan untuk melakukan konsultasi dengan guru terutama untuk pelajaran yang dianggap membutuhkan penjelasan dan pemahaman yang lebih mendalam, misalnya pada mata pelajaran matematika.
Dengan adanya virus Corona atau Covid-19 ini anak-anak lebih banyak bermain dari pada belajar. Meskipun guru sudah memberikan tugas untuk dikerjakan, anak-anak cenderung malas dan memilih bermain daripada belajar.

(anak anak bermain)
Selalu menjaga kebersihan dan kesehatan agar kita terhindar dari Covid-19 dan segara bisa melakukan aktivitas belajar seperti biasanya.
Sekian dari saya. Terimakasih

Selasa, 17 Maret 2020

Metode pembelajaran make a match

Anis Kurliyana Devi/20170701052011/PGMI A

Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, model dan teknik pembelajaran. Salah satunya adalah model pembelajaran make a match ini.
Model pembelajaran kooperatif tipe make a match  adalah model pembelajaran yang dikembangkan oleh Lorna Curran.   Salah satu keunggulannya adalah siswa belajar sambil menguasai konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Pembelajaran model pembelajaran Make a match yaitu pembelajaran yang teknik mengajarnya dengan mencari pasangan melalui kartu  pertanyaan dan jawaban yang harus ditemukan dan didiskusikan oleh pasangan siswa tersebut.
Tujuan dari metode pembelajaran kooperatif tipe make a match ini  pertama kali dikembangkan oleh Lorna Curran (1994) yaitu tujuannya adalah pedalaman materi, pengalihan materi dan edutaiment.
Sedangkan prinsip-prinsip model pembelajaran kooperatif tipe make a match ini antara lain  Anak belajar melalui berbuat, anak belajar melalui panca indera, anak belajar melalui bahasa dan anak belajar melalui bergerak
Dalam metode pembelajaran kooperatif tipe make a match ini kelas dibagi menjadi 3 kelompok. Yaitu kelompok pertanyaan, kelompok jawaban dan kelompok penilai.  Kemudian kelompok-kelompok tersebut berbentuk huruf U. Dengan kelompok pertanyaan dan jawaban berjajar saling berhadapan dan kelompok penilai ada di pinggir.
Kemudian guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus mencari/mencocok kan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain. Guru juga menyampaikan batasan maksimum waktu yang ia berikan kepada mereka. Jika sudah menemukan pasangannya guru meminta mereka melaporkan diri kepadanya.
Model Make a Match ini sangat efektif membantu siswa dalam memahami materi melalui permainan mencari kartu jawaban dan pertanyaan, sehingga dapat menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan.
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan dibandingkan dengan model pembelajaran yang lainnya. Begitu juga model pembelajaran Make a match, adapun kelebihan model pembelajaran make a match  adalah sebagai berikut:
1. Siswa dapat belajar dengan aktif karena guru hanya berperan sebagai pembimbing, sehingga siswa yang mendominasi dalam aktifitas pembelajaran.
2. Terdapat unsur permainan sehingga metode ini menyenangkan.
3. Dapat meningkatkan antusiasme siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
4. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi
Adapun kelemahan dalam model pembelajaran kooperatif tipe make a match ini adalah sebagai berikut:
1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan.
2. Guru memerlukan waktu untuk mempersiapkan alat dan bahan pelajaran yang memadahi. Memerlukan waktu yang lebih banyak, sehingga waktu yang tersedia harus dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.
3. Guru harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangannya, karena mereka bisa malu.

Selasa, 18 Februari 2020

Resensi Novel Totto Chan

RISENSI NOVEL
"TOTTO-CHAN"
GADIS CILIK DI JENDELA

Judul Buku : TOTTO-CHAN Gadis Cilik di Jendela
Resentator : Anis Kurliyana Devi/20170701052011/PGMI A
Penulis :  Tetsuko Kuroyanagi
Ahli Bahasa : Widya Kirana
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tempat Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2008
Cetakan ke : 5
Tebal Buku: 272 Halaman

Sinopsis
Pada novel Totto-Chan Gadis Cilik di Jendela ini menceritakan tentang anak kecil yang masih kelas I Sekolah Dasar yang harus di keluarkan dari sekolahnya. Anak tersebut bernama Totto-chan, yang tak lain Totto-chan adalah si pengarang buku tentang pengalaman pribadi yang bernama Tetsuko Kuroyanagi.
Pada sekolahnya yang pertama, guru di sekolah tersebut menganggap Totto-chan nakal. Padahal gadis cilik itu hanya punya rasa ingin tahu yg sangat besar. Karena keingintahuan Totto-chan yang besar, dia suka sekali berdiri di depan jendela selama pelajaran berlangsung. Berdirinya Totto-chan di jendela supaya bisa memanggil para pemusik jalanan. Selain itu Totto-chan gemar membuka dan menutup mejanya ratusan kali. Sehingga mengganggu pada saat kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di kelas. Gurunya pun sudah tak sanggup mengurusi Totto-chan, yang akhirnya harus mengeluarkan Totto-chan dari sekolah.
Mama pun mendaftarkan Totto-chan ke Tomoe Gakuen. Dan tentu saja Totto-chan girang sekali. Totto-chan sangat senang dengan sekolahnya yang baru. Totto-chan sangat suka kepada kepala sekolah di sekolahnya yang baru. Pada sekolahnya yang baru agak berbeda dengan sekolahnya yang lama. Karena  di sekolah itu para murid belajar di gerbong kereta yang dijadikan kelas. Ia bisa belajar sambil menikmati pemandangan diluar gerbong dan membayangkan sedang melakukan perjalanan.
Di sekolah Tomoe Gakuen ini sistem pembelajarannya sangat berbeda dengan sekolah-sekolah yang lain. Contohnya saja pada saat makan siang. Siswa di haruskan membawa makanan "sesuatu di laut dan sesuatu dari pegunungan" agar siswa memakan makanan yang gizinya seimbang. Di Tomoe Gakuen, para murid boleh mengubah urutan pelajaran sesuai keinginan mereka. Ada yg memulai hari dengan belajar fisika, ada yg mendahulukan menggambar, ada yg ingin belajar bahasa dulu, sesuai apa yang mereka inginkan. Walaupun belum menyadari, Totto-chan pun tidak hanya belajar fisika, berhitung, musik, bahasa dll disana. Ia juga mendapatkn banyak pelajaran berharga tentang persahabatan, rasa hormat & menghargai orang lain serta kebebasan menjadi diri sendiri.
Pada saat bom meledakkan sekolah Tamoe Gakuen pada tahun 1945  semua kenangan dan pembelajaran Totto-Chan harus berakhir. Saat itu Jepang mengalami perang dunia ke-II. Bangunan-bangunan di Tamoe-Gakuen mengalami kerusakan parah akibat daridakan bom perang dunia ke-II tersebut.
Kelebihan dari novel ini yaitu deskripsi penulis sangat lengkap seakan-akan membuat kita ada dalam cerita tersebut. Cerita Totto-chan menarik untuk dibaca karena mengangkat dari cerita nyata pengalaman si penulis. Novel ini juga menambah wawasan kita dalam pendidikan.
Kelemahan dari novel ini yaitu terdapat beberapa kata yang tidak di mengerti, sehingga membutuhkan kamus untuk mencari tau apa arti dari kata tersebut. Nama-nama tokoh dan nama-nama tempat dalam bahasa Jepang yang sulit, sehingga membuat si pembaca tidak ingat kepada nama tokoh ataupun nama tempatnya.